Ehhhmm. Tak terasa D3 sudah berlalu. Sebelum melanjutkan cerita, saya menulis cerita2 saya di blog ini, hanyalah ingin sekedar sharing, tidak ada maksud apa2, melainkan agar teman2 mungkin dapat mengambil sisi positif dari tulisan saya ini. Mudah2an. hehhehe.
Financial Club Jakarta, Gedung CIMB Niaga Lantai 27, Jln. Jendral Sudirman Kav. 58, Jakarta Selatan 12190. Disitulah pengalaman pertama saya dalam dunia pekerjaan. Saya bekerja untuk posisi Resepsionis. Kebayanyak orang berpikir, bahwa pekerjaan tersebut sangatlah mudah, dan banyak yang bilang kenapa Lulusan D3 hanyalah menjadi Resepsionis. Saya akan buktikan di cerita ini, bahwa tidaklah mudah menjalani pekerjaan tersebut.
Layaknya resepsionis di berbagai kantor, yang pasti pekerjaannya adalah menerima tamu, menghandle telepon. Itu yang paling basic. Di FCJ karena bergerak dalam bidang hospitality, yaitu menyewakan berbagai ruangan meeting, untuk wedding, dan juga ada restoran. Tapi tidak sembarang orang bisa menggunakan fasilitas yang ada di FCJ, harus menjadi Member terlebih dahulu. Dan disinilah sedikit kesulitannya, resepsionis harus hafal sedikit demi sedikit Member yang ada di FCJ. Awalnya, memang sulit mengetahui begitu banyaknya member yang ada, tetapi lama kelamaan, karena terbiasa saya bisa mengetahui member2 yang ada di FCJ. Selain menerima tamu, dan menghandle telelpon, saya juga harus menerima Reservasi dari member, seperti misalnya reservasi untuk meeting (tapi dalam kapasitas kecil), makan di restoran, dsb.
Bekerja sebagai resepsionis harus selalu terlihat ramah, dan ceria. Walaupun sebenarnya kadang saya merasa sedang sedih atau bosan, tapi harus tetap menunjukkan wajah sumringah. Pertama tama agak sulit, karena raut muka masih kebawa suasana hati. Tapi Pak Miftah dan Senior saya selalu bilang harus senyum, senyum, dan senyum. Saya lakukan itu tiap hari. Tidak untuk saat berhadapan dengan tamu, tetapi saat menerima telepon juga diharuskan tersenyum, agar suara bisa terdengar menyenangkan. Sedikit2 saya pelajari ilmu walaupun kecil.
Kurang lebih 1 bulan saya bekerja disana, alhmdulillah sudah mendapatkan nilai positif dari atasan. Saya jadikan itu motivasi untuk bisa lebih baik lagi. Di tempat bekerja saya mempunyai teman yang lucu. Saya lebih suka bermain dengan anak laki2 disana dibanding dengan anak perempuan. Mengapa begitu? karena saya sudah bisa menilai dari tata bahasa dan gestur tubuh ketika saya berbicara dengan beberapa teman. Saya hanya feeling klo si A bigini, si B begitu, tanpa mencari tahu seperti apa dia. Tapi ternyata benar feeling saya, ada saja orang yang bercerita kepada saya kalau ternyata si A dan si B tipe nya seperti ini. Saya tidak memusuhi mereka (apalagi saya anak baru) saya cukup tau saja kalau mereka punya sifat sperti itu. Hanya sekedar tau saja, saya juga tidak sempurna yang mempunyai hati emas. Tapi namanya di dunia kerja, banyak sekali sikut mensikut, banyak sekali persaingan yang tidak sehat. Saya jalani pekerjaan saya, dengan saya apa adanya. Jika saya bermanis2, itulah pekerjaan resepsionis, harus selalu manis. Diluar itu tidak ada yang saya lebih2kan.
Ada kejadian yang sangat memilukan hati saya, ketika kurang lebih 1 tahun saya bekerja, alhmdulillah saya di naikan gaji dan service point. Waktu itu karena saya buru2, saya taruh slip gaji di dalam loker. Saya memang selalu menaruh konci diatas loker, banyak yang begitu juga. Saya konci loker, kemudian saya turun makan. Beberapa minggu berlalu, ketika saya sedang asik ngobrol dengan teman saya, chef duduk disebelah saya, kita ngobrol bareng. Kemudian chef bilang, klo saya harus hati2 menaruh slip gaji. Saya bingung, kenapa?Saya langsung ingat dengan slip gaji yang waktu itu saya taruh di dalam loker. Chef tidak bicara banyak, hanya berkata demikian. Saya pergi ke loker, dan membuka, lega nya masih ada slip gaji saya, karena saya tidak memperhatikan apa saja yang ada didlm loker. karena saya tidak punya pikiran macam2 terhadap teman saya. Lalu teman saya bilang, waktu itu name tag kamu jatoh, dan memang waktu itu ketika saya mau buka loker, name tag saya ada di luar loker. Tapi saat itu juga saya tidak punya pikiran apa2. Saya bingung sekali ada apa sebenarnya. Hari demi hari saya lewati dengan bertanya2. Ada apa dengan slip gaji saya? apa ada yang membuka loker saya, dan melihat slip gaji saya?tapi siapa? saya tidak mau suuzon.
Staff meeting setiap bulan nya tiba, saya duduk bersebelahan dengan Ibu HRD yang sangat baik hati, yaitu Ibu Elsa. Dan saya berhadapan dengan "mereka". Pak Dewa membahas tentang Gaji pada waktu itu. Dan membahas mengapa gaji si A dan si B berbeda? Pak Dewa jelaskan secara rinci. Saya kaget, rasanya ini berhubungan dengan slip gaji saya. Memang ada seorang teman yang bilang pada saya, dia sudah bekerja lama, tetapi service point sama dengan anak baru. Saya berpikir itu bukan urusan saya, saya tidak minta dinaikan gaji, tetapi kantor lah yang memberikan pada saya. Saya hanya diam saja ketika teman saya berkata seperti itu. Seperti ada rasa sindirian untuk saya, tapi saya tetap diam.
Meeting terus berlalu, Pak Dewa mengajukan pertanyaan kepada seluruh karyawan. "apa ada yang ingin di pertanyakan". Tiba2 teman saya menjawab "ada pak". Langsung saya menggemgam tangan Ibu Elsa, dan kaget. Karena saya benar2 berhadapan dengan "mereka". Saya ingin tau apa yang ingin di pertanyakan oleh teman saya itu. Apakah benar ada hubungan nya dengan slip gaji saya itu?. Dia bertanya "pak, apakah bisa naik gaji itu karena dekat dengan bapak atau bagaimana". Hmmm. Sepertinya ini ada hubungannya dengan saya. Pak Dewa menjawab sambil tertawa kecil " Naik gaji itu ya karena dia mempunyai skill yang bagus, tingkat kinerja nya dia naik, tidak jalan di tempat. Contoh nya resepsionis,.." . Saya kaget ketika pak Dewa memberikan contoh demikian."Resepsionis saya berikan service lebih karena dia bekerja bagus, skill nya baik, jadi saya naikkan. Walaupun karyawan lama bekerja disini, tetapi karyawan baru lebih baik, harusnya karyawan yang lama mengoreksi diri, kenapa dia bisa demikian dalam waktu cepat? Saya rasa cukup jawaban saya, sudah mengerti? saya jelaskan ya, bukan karena dekat dengan saya, tetapi karena skill anak itu sendiri". Rasanya saya legaa sekali. Walaupun saya tidak tau Pak Dewa sengaja atau tidak sengaja dengan jawabannya tadi, tapi sangatlah mewakili apa yang ingin saya katakatan kepada "mereka" waktu itu. Terlihat wajah2 kesal dan jengkel di muka "mereka", dan beberapa hari saya tidak di tegur sama sekali dengan "mereka". Saya tidak perdulikan, karena saya merasa saya tidak berbuat apa2. Saya hanya bekerja sesuai dengan peraturan dan kemampuan yang saya miliki. Tak lama dari meeting itu, teman saya yang waktu itu bertanya di Staff meeting, meminta maaf kepada saya. Saya bilang kenapa minta maaf? Dia bilang hanya minta maaf saja. Apa maksudnya? mungkin teman2 sekalian dapat menilai sendiri.
Banyak sekali pelajaran2 yang saya ambil di dunia pekerjaan ini. Saya jadi lebih tau mana teman yang sebenarnya teman, dan mana teman yang sebenarnya lawan. Saya terus bercerita tentang apa yang terjadi di kantor dengan orang2 terdekat saya. Tanpa ada yang terlewat, saya bercerita tiap hari nya. Saya terima masukan2 positif dari mereka. Rasanya lega kalau sudah bercerita kepadanya.
Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Begitu juga saya, bekerja sebagai resepsionis saya jadikan sebagai pondasi dari awal nya karier saya. Ada beberapa kesalahan yang saya lakukan waktu itu. Salah satu nya yaitu , ada seorang tamu member meminta tolong untuk memfotocopy dokumennya, dan dia bilang berikan dokumen ini kepada orang yang ditunjuknya. Orang itu ada di ruangan lain. Saya fotocopy, kemudian saya berikan dokumen nya, beserta yang asli kepada orang tersebut. Tak lama tamu itu datang kepada saya, dia menanyakan mana dokumen yang asli. Oh my God, saya bilang saya berikan semuanya kepada teman anda tadi. Dia bilang kenapa saya berikan semua nya. Saya langsung minta maaf kepada tamu itu, mau meminta dokumen itu, tetapi orang itu sudah pergi sejak bberapa menit yang lalu. Dia bilang dokumen itu penting. Saya merasa bersalah sekali, saya terus mengucapkan maaf kepada tamu itu. Akhirnya tamu itu bilang tidak apa2 sambil tersenyum. Tetap saya merasa tidak enak. Berkali kali saya ucapkan maaf. Tamu itu pun pergi. Itu kesalahan yang saya tidak pernah lupakan.
Menjadi resepsionis harus juga mempunyai mental yang kuat. Karena sering sekali menghadapi orang yang bermacam2. Banyak sekali tipe2 orang yang saya temui. Ada yang baik, sombong, galak, bahkan yang nakal. Saya coba pelajari semuanya. Ketika dimarahi tamu, saya coba tidak melawan atau menyanggah perkataannya. Saya coba dengarkan dulu, baru saya jawab dengan nada yang sopan. Biasanya orang seperti itu, menganggap sebelah mata kedudukan saya, yang hanyalah seorang resepsionis, tidak punya pangkat tinggi. Ada juga tamu yang nakal dengan meminta nomer telepon saya, ketika saya berikan nomor kantor dia tidak mau, alasannya biar lebih mudah kalau ingin reservasi ruangan. Saya kasih saja nomor sales marketing nya. Terlihat sekali wajah nakal dari orang itu. Alhamudlillah iman saya kuat. hehehhehe....Ada orang yang ketika saya greeting tapi diam saja, jalan dengan membusungkan dada, merasa bangga dengan jas dan dasinya. Merasa jengkel sekali, tetapi saya harus tetap tersenyum, karena tuntutan pekerjaan saya seperti itu. Dari situ saya bisa petik harus lebih menghargai ketika ada orang yang greeting kepada saya. Contohnya di restoran atau di mall2. Kadang SPG sudah greeting tapi customer banyak yang diam saja, dan membalasnya dengan muka cuek. Dari situ saya lebih bisa menghargai orang lain.
Sebenarnya masih banyak lagi pelajaran2 yang bisa saya ambil, yang tidak bisa saya ceritakan secara rinci. Hanya singkat saja, mudah2an bisa diambil positifnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar